TOP 1 Oli sintetik mobil-motor Indonesia |

Beda Perangkat, Tab Google Chrome Tak Akan Hilang - KOMPAS.com” plus 1 info menarik lainnya

Jumat, 18 Mei 2012

Beda Perangkat, Tab Google Chrome Tak Akan Hilang - KOMPAS.com” plus 1 info menarik lainnya


Beda Perangkat, Tab Google Chrome Tak Akan Hilang - KOMPAS.com

Posted: 17 May 2012 08:04 PM PDT

KOMPAS.com - Bayangkan kondisi berikut ini: Anda menemukan sebuah resep masakan menarik sewaktu  browsing di  kantor. Ketika ingin mencoba resep tersebut di rumah, Anda lupa bahan apa saja yang diperlukan. Apa boleh buat, resep yang dibuka di browser kantor terpaksa dicari kembali, itupun kalau berhasil ditemukan.

Kini situasi tersebut sudah bisa diatasi, setidaknya oleh browser Chrome besutan Google. Versi terbaru aplikasi penjelajah internet ini bisa melakukan sinkronisasi tab browser antar perangkat yang berbeda.

Seperti dilansir Vr.Zone.com, dengan melakukan login ke akun Google, pengguna Chrome bisa  menyimpan tab yang sedang dibuka dalam browser, untuk kemudian diakes dari komputer lain atau perangkat mobile, seperti Chrome Beta untuk Android.

Bukan hanya tab yang disimpan, pengguna pun bisa melakukan navigasi seperti "back" dan "forward", sehingga benar-benar seperti melanjutkan sesi browsing dari komputer sebelumnya.

Login Chrome juga mensinkronisasikan bookmark, apps, extension, history, themes, dan pengaturan browser lainnya.

Tab browser memungkinkan pengguna membuka banyak laman situs berbeda pada satu jendela browser sehingga mempermudah proses pencarian informasi, sekaligus memungkinkan beberapa tugas dilakukan dalam waktu bersamaan.

Saat ini Chrome baru tersedia untuk platform mobile berbasis Android. Namun, nantinya browser Google tersebut juga akan tersedia untuk sistem operasi iOS yang digunakan oleh perangkat-perangkat bikinan Apple.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Donate to Wikileaks.

Makanan Ndeso yang Digemari Masyarakat Internasional - Radar Jogja

Posted: 18 May 2012 12:03 AM PDT

Makanan Ndeso yang Digemari Masyarakat Internasional

Bagi kebanyakan orang, singkong alias telo atau tela, adalah makanan masa lalu. Ada juga yang menyebutnya ndeso. Tapi di tangan Bonny Es, semua itu disulap. Wisatawan beberapa negara pun kepencut untuk selalu mampir di resto serba tela ini.

Bahana, Jogja

SIANG kemarin (17/5) serombongan orang keluar dari sebuah resto. Wajah-wajah sumringah menandakan mereka puas. Bonny Es, pemilik resto, mengantar hingga depan pintu.

Pelayanan. Itulah kunci utama yang selalu dipegang pendiri sekaligus pemilik Merica Singkong Resto dalam melayani setiap tamu. Apalagi, di musim liburan seperti sekarang. Pengunjung, baik wisatawan maupun pelanggan, merupakan raja yang harus dilayani.

"Tadi itu rombongan dari Riau dan Palembang yang penasaran ingin menyicipi makanan serba singkong ini," ujar Bonny, mengawali pertemuan di restonya yang sejuk, Kamis (17/5).

Sebelum percakapan berlanjut, Bonny mempersilakan untuk ngicipi sajian yang mirip nasi goreng (nasgor) tapi tak lain adalah tela sayur goreng. Secara rasa, tak jauh berbeda dengan nasgor kebanyakan.

Nama Bonny Es, tidak asing dalam organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIJ. Dia adalah salah satu pengurus organisasi yang bergerak di bidang parwisata ini.

Resto Merica Singkong Resto miliknya mudah ditemui. Bertempat di sebelah barat Ambarukmo Plaza, Jalan Nologaten, Jogjakarta. Bangunannya cukup unik, serba kayu dengan cat dominasi warna cokelat. Lantai tidak menggunakan keramik, tetapi asli ubin semen.

"Saya ingin menampilkan sosok ndeso. Tela memang identik dengan makanan ndeso," terang Bonny yang memiliki 12 pegawai.

Meskipun makanan yang disajikan terbuat dari ketela atau singkong, jangan menyangka hanya akan menemukan ragam olahan itu-itu saja. Dari eksperimennya, ia menghasilkan sup tela, tela goreng sayur, steak tela, tela saus cream, pepes tela, dan masih banyak lain berbahan tela.

Saat ditanya alasan memilih tela sebagai bisnis kuliner, dengan santai Bonny mengatakan, untuk mendukung gerakan pemerintah dalam diversifikasi pangan.

Pria yang sudah 15 tahun bergerak menjadi konsultan restoran ini mengisahkan, ketika pemerintah mencanangkan diversifikasi pangan, saat itulah ia ingin membuat sesuatu yang baru. Yang semuanya tidak serta merta dari beras.

"Waktu itu saya memilih singkong. Merupakan bahan fleksibel untuk dibuat makanan. Saat ini baru sekadar makanan ringan oleh-oleh. Belum ada dalam bentuk makanan berat," ceritanya.

Bahkan, pria single ini mengaku bahwa makanan serba tela yang ada di restonya adalah pertama kali di Jogjakarta. "Mungkin Indonesia juga. Saya belum pernah mendengar ada yang membuat hal serupa," tambahnya.

Untuk mendapatkan bahan baku tela berkualitas, Bonny cukup membeli dari Sleman. "Singkong Sleman memiliki kualitas baik karena bisa menghasilkan rasa renyah," tegas pria kelahiran Papua ini.

Untuk memasarkan makanan serba tela tersebut dia banyak menggunakan media jejaring sosial seperti facebook. Menurutnya, upaya tersebut cukup berhasil untuk memperkenalkan tidak hanya di dalam negeri, juga luar negeri.

Karena itulah tidak heran jika penikmat makanan kreasinya ada yang berasal dari Thailand, Korea, dan Jepang. "Ada tamu dari Thailand sampai pesan 16 porsi," jelas Bonny. Banyak yang tidak menyangka, dari tela bisa menghasilkan jenis makanan beraneka rasa.

Tentang resep kuliner telanya, Bonny menutup rapat-rapat. Karena hal itu merupakan rahasia resto yang sudah berdiri sejak sembilan bulan ini.

Meski begitu, ia mengaku masih terus berjuang untuk memperkenalkan produknya ke sejumlah tempat. Termasuk dinas-dinas di kabupaten/kota. Meski, terkadang ada juga sambutan kurang simpatik.
Dari singkong itu, Bonny yakin, inovasinya kelak menjadi kuliner alternatif di Jogjakarta selain gudeg. Ia memang masih harus berjuang untuk memopulerkan jenis masakan ndeso itu. Apalagi, katanya, masih banyak masyarakat belum mengenal kuliner baru tapi lama tersebut.

"Kuliner gudeg dan jamur banyak orang sudah tahu. Kelak, singkong juga akan hadir meramaikan perkulineran di Jogjakarta," harapnya. (*/tya)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Donate to Wikileaks.

Diposting oleh Rakhma di 15.35  

0 komentar:

Posting Komentar