TOP 1 Oli sintetik mobil-motor Indonesia |

Nasi Uduk Proyek, Penjaga Cita Rasa Resep Kakek - Pikiran Rakyat” plus 1 info menarik lainnya

Sabtu, 18 Februari 2012

Nasi Uduk Proyek, Penjaga Cita Rasa Resep Kakek - Pikiran Rakyat” plus 1 info menarik lainnya


Nasi Uduk Proyek, Penjaga Cita Rasa Resep Kakek - Pikiran Rakyat

Posted: 18 Feb 2012 12:10 PM PST

RIESTY YUSNILANINGSIH/"PRLM"

RIESTY YUSNILANINGSIH/"PRLM"

MUSTOPA dan anaknya Rahmat sibuk melayani pelanggan yang mengantre di lapak nasi uduk mereka di Pasar Proyek Bekasi. Nasi uduk yang dijual sejak tahun 1970-an ini mempertahankan rasa melalui resep...

PRLM - TITIK-titik air belumlah habis tercurah dari langit. Dinginnya udara malam yang menusuk kulit tidak menyurutkan antusiasme beberapa orang yang sabar menanti sesuatu di salah satu sudut Pasar Proyek, Jalan Mayor Oking, Kota Bekasi.

Sekitar pukul 20.00 WIB, apa yang mereka nanti akhirnya tiba. Segerobak penuh nasi uduk beserta sejumlah masakan pendampingnya didorong tiga orang.

Rupanya penantian tak sampai di sana, bangku dan meja harus disusun terlebih dulu di pekarangan ruko yang dijadikan tempat jualan. Bakul nasi uduk dan panci-panci berisi makanan lainnya harus dipindahkan dan ditata terlebih dulu di atas meja. Baru sekitar 15 menit kemudian, rasa lapar mereka benar-benar sirna.

Seakan paham dengan perut-perut lapar para konsumennya, dengan cekatan Mustopa (53) dan anaknya Rahmat (30) meladeni satu per satu permintaan pembeli. Sepiring nasi uduk yang masih mengepul hangat tersaji bersama lauknya, sayur soun, acar mentimun, sambal, dan bawang goreng.

Ingin lauk tambahan? Ada sekitar lima belas menu tersaji di meja yang sama. Mulai dari gepuk, ayam kampung goreng, telur balado, semur jengkol, semur tahu, semur daging, semur kentang, sate kikil, perkedel, dendeng, sayur kari tempe tahu, hingga macam-macam gorengan bebas dipilih sesuai selera.

Namun menu andalan di warung yang biasa disebut Nasi Uduk Proyek atau Nasi Uduk Bang Bule ini ialah semur jengkol. Tak hanya penggemar jengkol yang menyukainya, mereka yang semula anti pada makanan berbau kurang sedap ini konon bisa langsung ketagihan.

"Dulu sih nggak suka makan jengkol, habisnya bau. Tapi waktu diajak teman makan di sini dan dipromosikan semur jengkolnya, saya jadi ketagihan. Jengkolnya nggak bau, empuk, pokoknya sedap," ucap Satria Kartika Yudha (24).

Karyawan swasta yang kini bertugas di Surabaya itu selalu menyempatkan diri bersantap di tempat ini tiap kali pulang ke Bekasi.

Soleh (32), anak pertama Mustopa, mengatakan bahwa tidak ada bumbu rahasia yang digunakan untuk memasak semur jengkol, nasi uduk, dan berbagai menu lainnya. Namun semua makanan merupakan resep turun temurun yang diwariskan dari sang kakek kepada ayahnya.

"Sejak kakek jualan di Pasar Baru sampai akhirnya bapak buka di sini, bumbu tidak berubah sedikit pun demi menjaga rasa. Nasi uduk dimasak dengan santan yang cukup banyak supaya rasa gurihnya muncul. Kalau semur jengkolnya, dimasak lama sampai empuk dan hilang baunya," ucap Soleh mewakili sang ayah yang tak berhenti meladeni pembeli yang terus berdatangan.

Keunikan lain dari nasi uduk yang satu ini ialah sambal kacangnya yang pedas dan acar timun berkuah sambal yang menyegarkan. Pas untuk menghilangkan rasa dan bau jengkol yang tidak nyaman di mulut.

Menurut Soleh, cita rasa masakan dan berbagai menu yang tersaji saat ini tidak berubah sejak sang kakek yang menjajakan nasi uduk. Semula sang kakek menjual nasi uduk pagi hari sebagai pilihan menu sarapan.

"Tapi bapak saat pindah ke mari memilih untuk menjualn nasi uduk malam. Ternyata rezeki kami memang malam, pembeli ramai," katanya.

Lebih dari 13 tahun berjualan di Pasar Proyek, penggemar nasi uduk ini tak pernah surut, walaupun tanpa promosi. Kursi-kursi yang terpasang hampir tak pernah kosong tanpa yang mendudukinya. Kunci rahasinya tidak sulit. "Kami hanya mencoba mempertahankan rasa. Sekali pembeli cocok dengan rasanya, mereka pasti kembali," katanya. (Riesty Yusnilaningsih/"PRLM"/A-88)***

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Donate to Wikileaks.

MAKANAN TRADISIONAL: Simbolisme dalam Jenang - Solopos

Posted: 17 Feb 2012 10:08 PM PST

Jenang Abang Putih (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Hartanto)

Salah satu makanan khas Jawa, jenang, tidak lepas dari kebudayaan dan kepercayaan orang Jawa. Beberapa upacara selametan yang digelar keluarga berlatar belakang Jawa selalu menggunakan sajian atau sesajen jenang. "Orang mau melahirkan, atau tujuh bulanan, syukurannya pakai jenang. Dibagikan ke para tetangga," kata salah satu peserta Festival Jenang, Muryati, saat ditemui Espos di stannya di Ngarsopuro, Solo, Jumat (17/2/2012).

Maksudnya, jenang yang memiliki tekstur sangat lembut, diharap bisa membuat mudah atau lunyu dan lancar dalam persalinannya.

Muryati bergabung di stan Kelurahan Kadipiro. Dia cukup berpengalaman dalam dunia kuliner jenang. "Saya sudah 15 tahun jualan jenang. Saya buka toko di rumah, lokasinya belakang Unisri (Universitas Slamet Riyadi)," kata dia. Menurutnya, banyak pesanan datang dari kalangan keluarga untuk acara syukuran maupun untuk acara-acara di jajaran kelurahan. Jenis kuliner yang memiliki rasa manis dan gurih ini, akunya, sangat digemari semua kalangan.

"Memang jenang termasuk jenis makanan kuno, makanya harus tetap dilestarikan. Acara-acara seperti tujuh bulanan atau jelang persalinan, memakai jenang kan maksudnya biar tetap lestari," pesannya.

Jangan sampai resep jenang tersebut makin lama makin pudar dan menghilang, tak lagi dapat dinikmati generasi mendatang. Untuk itulah, ia bangga acara semacam ini digelar sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan bagi pelestarian dan pengenalan kuliner khas ini ke masyarakat.

Proses membuat jenang cukup mudah namun membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Langkah pertama yaitu mencampur tepung beras dengan sedikit garam dan santan cair secara merata. Campuran itu kemudian direbus di air mendidih, diaduk terus hingga mengental dan airnya meresap. Jenang sumsum disajikan bersama gula jawa cair dan santan. Bisa juga ditambahkan potongan pisang atau buah nangka.

Beberapa jenis jenang yang disajikan di sejumlah stan tersebut seperti jenang abang dan jenang putih, jenang ketan hitam, jenang sumsum, jenang grundul. Setiap jenang memiliki arti dan makna tersendiri. Jenang abang dan putih yang disajikan dalam satu tempat, dapat diartikan sebagai lambang yang melengkapi satu sama lain, laki-laki dan perempuan, kesejahteraan dan kebahagiaan.

Demikian juga jenang sumsum yang berwarna putih bersih, diartikan sebagai kebersihan hati. Rasa jenang yang manis, sebagai simbol kesejahteraan karena gula merupakan bahan pangan yang hampir dipakai di semua masakan Jawa dan harganya tidak murah. Tekstur yang lengket dapat diartikan persatuan dan kesatuan. Makna atau arti setiap masakan jenang yang bermacam-macam, menandakan adanya keharmonisan dalam keberagaman.

Stan yang sangat ramai diminati pengunjung festival yaitu stan Paguyuban Pedagang Pasar Gede. Di lokasi itu, ada satu jenis jenang yang tak banyak disajikan di tempat lain yaitu jenang sagu. Menurut ketua paguyuban, Jumadi, jenang sagu memiliki arti persaudaraan. "Sagu itu sak paguyuban, artinya satu paguyuban," kata Jumadi kepada Espos di lokasi. Maksudnya, jenang yang menggambarkan sifat baik seperti guyub rukun, persatuan sesama pedagang.

"Prosesnya, sagu dimasukkan ke air yang mendidih, kemudian diaduk. Ditambahkan gula jawa, pandan, santan, sampai airnya meresap," tutur Harni, salah satu penjaga stan dan juga salah satu juru masak di acara tersebut. Tampilan jenang sagu yang berwarna kecokelatan ini terlihat kasar dan keras. Namun setelah masuk ke mulut, rupanya jenang ini memiliki tekstur yang lembut, gurih dan manis. Dengan menampilkan jenang sagu sebagai menu saat acara-acara paguyuban, mengingatkan diri akan identitas sosial budaya serta menambah rasa persaudaraan seibu, yaitu dari rahim budaya Jawa.

Dalam Kuliner,Lifestyle | Tags ,, , , , , , , ,

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Donate to Wikileaks.

Diposting oleh Rakhma di 14.06  

0 komentar:

Posting Komentar