TOP 1 Oli sintetik mobil-motor Indonesia |

Menikmati Kue Ramadan di Palangkaraya - Liputan6.com” plus 1 info menarik lainnya

Selasa, 02 Agustus 2011

Menikmati Kue Ramadan di Palangkaraya - Liputan6.com” plus 1 info menarik lainnya


Menikmati Kue Ramadan di Palangkaraya - Liputan6.com

Posted: 01 Aug 2011 05:32 PM PDT

Liputan6.com, Palangkaraya: Ramadan memang sering diidentikkan dengan pasar kue Ramadan. Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pasar kue Ramadan dipusatkan di Jalan Ais Nasution.

Kue-kue Ramadan dan aneka masakan itu biasanya tersedia untuk hidangan berbuka puasa. Kebanyakan resep-resep kue tersebut perupakan resep tradisional.

Harga kue-kue khas Ramadan itu bervariasi. Kue Ramadan seperti Hamparan Tatak atau Nilam dan Lapis India tergolong mahal, Rp 10 ribu per potong. Mahalnya harga kue tak lepas dari tingginya harga bahan-bahan pembuat kue yang terus naik menjelang Ramadan. Meski harga kue Ramadan lumayan mahal, tetap saja tidak menyurutkan warga masyarakat untuk membeli. (Vin)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Puasa di Jerman Cuma Delapan Jam - Tribunnews

Posted: 02 Aug 2011 10:43 AM PDT

ADA pengalaman unik dan sangat berkesan bagi H Wahyuni Ilham, saat Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Unlam itu kuliah S3 di Institut fuer Forstoekonomi, Abteilung fuer Fernerkundungund Landschaftsinformationssysteme. pada 2000 di Jerman.

Bersama keluarga kala itu dia berada di belahan bumi Eropa.

Lebih spesifik di sebuah kota tua cantik dan asri yang masyarakatnya sangat ramah dan bertoleransi dengan orang asing (baca: auslaender) yaitu kota FREIBURG yang secara geografi terletak di bagian paling selatan yang berbatasan dengan wilayah Perancis (Colmar, Strasbourg) dan Swiss (Basel, Mulhouse).

Saat itu Wahyuni Ilham sempat merasakan Ramadan yang bertepatan dengan musim dingin, sehingga lama puasa hanya delapan hingga sembilan jam.

"Imsak sahur jam 8 pagi dan berbuka puasa jam 5 sore. Karena secara kelembagaan jam kerja berlaku sampai jam 5 sore, maka kebanyakan berbuka puasa di kampus atau di masjid Turki/Arab yang lokasinya dekat dengan institut," ujar dosen Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru itu.

Ada kejadian unik saat puasa baru berjalan tiga hari. Waktu itu, dia bersama dua rekan sesama muslim dari mesir dan satu dari Tunisia berkumpul di ruang makan untuk makan siang.

Sudah jadi kebiasaan, saat makan siang dilakukan diskusi nonformal/curhat tentang perkembangan harian hasil studi/penelitian yang dilakukan masing-masing.

Semua ikut berpartisipasi memberikan input, termasuk professor pembimbing. Saat mahasiswa lain (nonmsulim) makan siang, Ilham bersama dua rekannya mahasiswa muslim tak makan siang. Mereka pun heran.

"Entschuldigung Herr ILHAM, haben Sie keine Lust zum Mittagessen? (Mas Ilham, apakah anda tidak ada nafsu untuk makan?)," kata satu mahasiswa dalam bahasa Jerman.

"Nein Danke, wir sind noch im Fastenzeit "Ramadhan" seit 3 Tage vor" artninya kami kawan-kawan muslim sedang melakukan puasa Ramadan sejak 3 hari yang lalu.

Begitu mendengar penjelasan, mereka sangat antusias menanyakan bagaimana dan apakah manfaatnya puasa Ramadan bagi tubuh dan jiwa. Mereka berasumsi bahwa puasa itu hanya menjadikan dehidrasi tubuh yang tinggi dan tidak sehat.

Namun setelah dia menjelaskan satu persatu sesuai pengetahuannya dan berdasarkan pengetahuan Islam, maka mereka sangat kagum dan tertarik.

Bahkan diajelaskan bahwa anaknya yang sekolah di SD (Grundschule) ikut berpuasa. Setelah kejadian itu, mahasiswa nonmuslim saat waktu makan siang memilih makan di luar kampus hingga akhir Ramadan, untuk menghormati mereka yang berpuasa.

Bahkan professor pembimbing pernah membawakan dia makanan (daging sosis khas Turki) yang dikatakannya khusus dibelikan dari Toko Turki dari kota asalnya Muenchen sebagai bentuk penghormatan dan saling toleransi antarumat beragama.

Toleransi pembauran budaya pada saat bulan Ramadan juga terjadi pada komunitas muslim di Jerman. Contohnya, ketika melakukan buka puasa bersama dengan mahasiswa muslim (tiap Sabtu) dari Syria, Tunisia, Alzajair, Mesir, Sudan, Mekah, mereka berkumpul di ruang pertemuan yang difasilitasi oleh kampus.

Jenis kuliner yang dibawa masing-masing negara semua terkumpul jadi satu untuk dimakan Mulai dari yang rasanya masih 'dekat' dengan lidah Indonesia sampai yang rasanya aneh.

Ibu-ibu pun menjadikan buka bersama itu sebagai ajang bertukar resep masakan ala Timur Tengah. Sedangkan masakan favorit Indonesia khususnya Banjar yang disukai kawan-kawan Timur Tengah adalah masak habang.

Sedangkan camilan favorit yang disukai semua kalangan adalah Empek-empek Palembang yang dibuat oleh siswa Citra dari Jawa Timur.(ris)
 

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 15.17  

0 komentar:

Posting Komentar