VIVAnews - Game "Angry Birds" memang dikenal sebagai game yang membuat paara pemainnya kecanduan. Tak heran jika Rovio, pengembang game Angry Birds, pun menyebut aplikasi game ini telah diunduh lebih dari 300 juta kali.

Petinggi Rovio, Peter Vesterbacka, lalu mengatakan Rovio kini menargetkan "Angry Birds" memiliki 1 miliar fans di seluruh dunia. Target ini dikatakan Vesterbacka di konferensi Fortune's Brainstorm Tech.

Untuk meraih target itu, pembuat game ini akan mengembangkan produk tentang burung galak penghancur babi ini. Jika selama ini "Angry Birds" dikenal di aplikasi game iPhone, iPad, atau Android, maka Rovio akan mengembangkan franchise-nya ke dalam bentuk lain, baik itu mainan atau merchandise.

Selain itu, "Angry Birds" juga disiapkan dalam bentuk seri animasi, film, seri, buku berseri, bahkan buku resep untuk masakan khusus telur. Untuk film "Angry Birds", baca lebih lengkap di tautan ini.

"Kami telah diingatkan untuk tidak membuat film, serial televisi, dan mainan," kata Vesterbacka. "Tapi kami telah menjual lebih dari 8 juta mainan. Jika kamu memiliki brand yang kuat, kamu tentu bisa melakukan apa saja," lanjutnya.

Pemain game "Angry Birds" selalu berusaha menyelesaikan setiap level yang ada di game, dengan melontarkan burung-burung ini ke sasarannya, yaitu para babi yang mencuri telur. Namun, pemain selalu kesulitan karena para babi berlindung di benteng-benteng yang terbuat dari kayu dan batu.

Rovio memang sengaja merancang game ini dengan seimbang. Pemain dibuat tertantang, sekaligus frustrasi karena kesulitan menyelesaikan tiap level permainan. Strategi inilah yang membuat pecandu game ini terus bertambah.

"Sangat penting untuk tidak menyalahkan para pemain. Ada perasaan hebat saat kita akhirnya berhasil melewati level yang sulit, walau berhari-hari kita coba untuk lewati," ujar Vesterbacka.

Walau berhasil menjadi populer, Vesterbacka menyebut Rovio tidak semata dinaungi keberuntungan. "Kami telah membuat 51 games sebelum "Angry Birds", jadi sukses tak diraih dalam semalam," ujarnya.

• VIVAnews '+ ''+ ''+ ''+ 'Silahkan mengisi kode pengaman yang sesuai dengan gambar di atas.'+ ''+ ''+ ''+ '' ); clicked++; $("[id^=replyButton_]*").click(function(){ var captchaCode = $("[id^=captcha_code_]*").val(); var textReply = $("[id^=comment_2_]*").val(); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/insertReply/", data: "captcha_code=" + captchaCode + "&comment_reply=" + textReply + "&parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ $('#replyBox_' + divId).remove(); $('#replyAlert_' + divId).html(msg); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=replyLink_]*").click(function(){ $('#replyBox_' + divId).hide(); }); } }); }); $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ var currentId = $(this).attr('id'); var divIds = currentId.split("_", 3); var divId = divIds[1]; var clicked = 0; $('#moreBox_' + divId).show(function(){ clicked++; $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/moreComment/", data: "parent_id=" + divId + "&article_id=" + articleId, success: function(msg){ //$('#moreBox_' + divId).html(msg); $('#replyContent_' + divId).html(msg); //alert(msg + '-' +articleId + 'a'); } }); }); if(clicked==1){ $("[id^=moreLink_]*").click(function(){ //$('#moreBox_' + divId).hide(); $('#replyContent_' + divId).hide(); }); } }); });

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.