TOP 1 Oli sintetik mobil-motor Indonesia |

Tidak Sekadar Membaca Teks - Media Indonesia” plus 0 info menarik lainnya

Minggu, 06 Maret 2011

Tidak Sekadar Membaca Teks - Media Indonesia” plus 0 info menarik lainnya


Tidak Sekadar Membaca Teks - Media Indonesia

Posted: 06 Mar 2011 12:46 AM PST

DI tempat itu, mereka biasa membaca, belajar kelompok, berdiskusi, bermain, dan masak bareng.

Letaknya di lereng Gunung Muria Kudus, jauh dari perkotaan. Di sekelilingnya, berjajar pohon-pohon jati yang rindang nan hijau menambah keasrian suasana. Udara sejuk jauh dari polusi juga terasa sekali. Tempatnya tenang dan nyaman, sebuah tempat yang cocok untuk belajar dan bermain.

Adalah Taman Baca Bersama, yang berada di dukuh Kepangen, Rejosari, Dawe Kudus, tepatnya berada di radius 6 kilometer dari Gunung Muria. Sebuah taman baca yang didirikan perempuan bernama Cindy Rizka Amalia, yang karib disapa Cindy.

Dari luar, hanya ada pelang kecil di atas, pagar rumah juga tertutup separuh, dan rumah pun nampak sepi. Namun ternyata, pagar rumah memang rusak, jadi tidak bisa dibuka penuh, hanya separuh, dan ketika masuk, rumah itu ramai, banyak orang terutama anak-anak yang sedang asyik belajar dan bermain.

"Sebenarnya ini dulunya memang rumah untuk keluarga, tapi akhirnya fungsinya diubah jadi Taman Baca Bersama, dan untuk keluarga pindah ke belakang," kata Cindy yag sekaligus jadi penggelola tunggal Rumah Baca Bersama.

Di Rumah Baca Bersama, ada beberapa ruangan yang difungsikan sendiri-sendiri. Ruang tengah untuk bermain, dan ruang utama dengan luas

sekitar 6x8 meter difungsikan sebagai tempat belajar dan membaca. Dalam ruangan itu, terdapat 5 meja panjang yang berwarna-warni, dipojok tedapat meja bundar dengan 4 kursi yang memutarinya, dan biasanya itu digunakan untuk makan bareng.

"Terus yang dibelakang sana, itu untuk masak bareng," kata Cinduy sambil menunjukkan ruang dapur besama.

Nampak 2 rak besar dan satu rak kecil yang terbuat dari kayu. Masing-masing rak, tertata rapih berbagai macam buku-buku. Mulai dari buku cerita anak-anak, buku pelajaran baik umum maupun agama, ensiklopedi, kamus bahasa asing, sastra, bahkan sampai buku wacana pun terpajang dalam rak yang diberi kaca.

"Pokoknya semua koleksi buku yang saya punyai, saya pajang semua," kata Cindy yang suka terhadap koleksi sastra.

Bermula dari kebingungannya ketika lulus kuliah pada pertengahan tahun 2010. Ketika itu Cindy melihat seabrek koleksi bukunya yang didapat waktu kuliah dulu, akhirnya ia kepikiran untuk membuat taman baca di kampungnya. "Kenapa saya gak membuka taman baca saja," kenangnya.

Akhirnya tanpa babibu, langsung saja ditangglkanlah ijazahnya, dibuanglah jauh-jauh pikiran untuk menjadi pegawai negeri, dan disemaikanlah niatnya untuk membangun rumah baca di kampungnya. Tepatnya seminggu sebelum puasa, ia mencoba mengutarakan niatnya untuk

membangun taman baca, kepada ayahnya. Dan tanpa babibu, ayahnya pun menyetujui. Lantas disulaplah rumahnya menjadi Taman Baca Bersama.

"Tapi meskipun awalnya tidak ada rencana mau buat taman baca, tapi saya dulu waktu kuliah pernah punya cita-cita ingin meramaikan rumah," ucap perempuan lulusan Sastra Prancis Universitas Negeri Yogyakarta.

Singkat cerita, maka dibuatlah undangna kepada anak-anak desa sekitar. Agar menarik ia mengetik undangan dengan berbagai font yang lucu dan warna-warni. Dalam undangan tersebut isinya, mengajak anak-anak datang ke rumahnya, untuk berkenalan dan rujakan bareng. "Acaranya kenalan bareng dan rujakan," kata Cindy yang diikuti tawa lepasnya.

Pada walnya, yang datang hanya 7 orang. Mereka diajak bercerita tengna pengalaman mereka masing-masing, rujakan bareng, dan makan bareng. Setelah itu, kata Cindy, mereka diajak untuk membuka kardus-kardus yang berisi buku, memilah sesuai klasifikasinya, dan menatanya di rak.

"Jadi itulah, kenapa nanya Taman Baca Bersama, karena kita selalu mengerjakan secara bersama-sama," kata Cindy.

Benar, akhirnya cita-citanya untuk meramaikan rumah, tercapai. Karena ketika mediaindonesia.com bertandang ke rumahnya, ramai sekali suara riuh rendah anak-anak yang bermain. Terlihat, anak-anak ada di beberapa ruangan, ada yagn bermain congklak, dan ada yang bermain lompatan tali.

Achda misalnya, ia dan teman-temannya asik bermain congklak. Sepulang sekolah, Achda selalu mampir ke Taman Baca Bersama. Pertama yang

dilakukannya adalah membaca buku Ensiklopedi Jamur. Karena menurutnya, buku itu sangat membantunya untuk mengetahui jenis-jenis jamur, "karena saya ingin mengembangbiakkan jamur," kata Achda, yang masih kelas 6 SD 2 Rejosari. Dan setelah membaca, Achda bisananya melnjutkan dengna bermain bermain congklak atau lompat tali.

Begitu juga dengna Anjas, meskipun rumahnya dekat, tapi sepulang sekolah ia selalu maen ke Taman Baca Bersama untuk membaca buku cerita atau dongeng. Anjas, yang baru kelas 3 SD 2 Rejosari, tidak datang sendirian, tapi ia selalu datang bareng dengan temannya.

"Saya ke Taman Baca Bersama untuk belajar dan bermain," kata Anjas dengan lugunya. Beda dengan Achda, perminan yang Anjas sukai adalah bermain puzzle, atau balok susun.

Berbeda dengan anak-anak, Fatimah, perempuan kelas 2 MA Gringging Kudus, juga sering datang ke Taman Baca Bersama. Bisanya ia datang selepas sekolah, untuk meminjam buku pelajaran atau mencari bahan-bahan untuk mengerjakan tugas sekolah.

"Tidak sering sih, Cuma kalau ada tugas sekolah, saya selalu ke sini untuk nyari bahan buat mengerjakannya,? kata Fatimah, yang juga suka baca komik.

Tidak hanya anak-anak sekolah saja yang datang, ibuk-ibuk rumah ranggga, juga kadang ada aygn datang untuk pinjem buku resep masakan. Atau buku untuk anak-anak mereka yang ada di rumah. "Ibu-ibu daerah sini juga banyak yang minta dipinjemin resep maskan atau buku untuk anak-anak," kata cindy.

Jujur Dan Tanggung Jawab

Sejak dari wal berdiri, Cindy selalu berusaha melibatkan mereka semua, harapannya, agar anak-anak imkut mersa memiliki dan merawat Rumah Baca Bersama. "Ikut memliki, adalah harapan dari awal, sehingga kadang mereka datang dan kalau dilihat masih belum rapi atau masih kotor, mereka yang merapikannya," ucap Cindy.

Dalam meminjam buku, Cindy menggratiskan dan tidak ada model kartu keangotaannya. Karena Cindy, nanti kalau dibiknkan kartu anggota, malah tidak ada anak-anak yang datang, karena terlalu ribet.

"Jadi modelnya saling percaya, mereka kalau mau pinjem buku, nulis sendiri, mau mengembalikan yagn nulis sendiri," ucap Cindy. Meskipun demikian, Cindy sering memeriksa catatan anak-anak. Karena kalau sudah pinjam, tidak boleh pinjam lagi sebelum mengembalikan buku yang telah dipinjam, dan lama peminjaman selama seminggu, kalau lebih harus diperpanjang.

"Lebih dari satu minggu tanpa diperpanjang, maka mereka kena denda, satu hari liam ratus rupiah,? jelas Cindy tentnag aturan peminjaman.

Uang dendanya, kata Cindy, dimasukkan dalam celengan yang ada diruangan Taman Baca Bersama. Sama ketika meminjam buku, mereka masukkan sendiri, dan kalau kembalian, mereka juga ambil sendiri. "Dan pada nantinya, uang itu akan dibuka barenag, lalu bersama pergi ke bookfair memborong buku," kata Cindy dengan penuh semangat.

Rasa saling percaya diri, kebersamaan, kedisiplinan, tanggung jawab, kejujuran dan saling menjaga adalah yang ingin ditanamkan Cindy, melalui Taman Baca Bersama. Karena memang konsep sejak dari awal adalah semangat kebersamaan, dan memberikan ruang kepada siapa saja yang mau berkegiatana di Taman Baca Bersama.

Di Taman Baca Bersama, tidak hanya belajar membaca, tapi juga bisa bermain dengan berbagai permainan tradisional yang hampir punah, seperti Congklak, Lompatan Tali, dan Gobaksodor. Dan ada juga permainan moderen seperti balok susun dan rubrik.

"Rumah Taman Baca Bersama, terbuka untuk siapa saja, ramaikanlah, kapan saja kami siap, belajar dan bermain bersama," kata Cindy dengan penuh semangat. (OL-12)

Bookmark and Share  

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Comment Is Free But Freedom Is Slavery - An Exchange With The Guardian's Economics Editor.

Diposting oleh Rakhma di 14.08  

0 komentar:

Posting Komentar