TOP 1 Oli sintetik mobil-motor Indonesia |

Singgahi Soto Langganan saat Pacaran dan Sate Kronggahan - Radar Jogja” plus 0 info menarik lainnya

Kamis, 14 April 2011

Singgahi Soto Langganan saat Pacaran dan Sate Kronggahan - Radar Jogja” plus 0 info menarik lainnya


This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Libya and Oil.

Singgahi Soto Langganan saat Pacaran dan Sate Kronggahan - Radar Jogja

Posted: 13 Apr 2011 08:42 PM PDT

Nostalgia, Anas Urbaningrum Gagas "Spektakuliner" Jogja  
Singgahi Soto Langganan saat Pacaran dan Sate Kronggahan

Lebih dikenal sebagai aktivis dan politisi, Anas Urbaningrum juga seorang penikmat kuliner. Di sela tugas kepartaian, ia selalu mencari warung-warung tradisional dan lokal yang memiliki citarasa khas. Begitu pula yang dia lakukan di sela pelantikan pengurus DPD Partai Demokrat DIJ serta acara Haul di Ponpes Ali Maksum, Jogja kemarin.

HERI SUSANTO, Jogja HASTAG #spektakuliner di akun twitternya selalu mengabarkan bagaimana ia menikmati makanan lokal Nusantara itu. Ia menjelaskan, "Spektakuliner" bukan jalan-jalan. Spektakuliner adalah idealismenya untuk memperkenalkan Kuliner Nusantara terutama makanan tradisional dan khas daerah di seluruh pelosok nusantara ke khalayak pecinta kuliner Indonesia.
"Selain makanan merupakan kebutuhan dasar manusia, jualan kuliner merupakan kegiatan ekonomi yang paling riil yang ada di masyarakat terutama grass root (akar rumput), dengan mempopulerkan kuliner nusantara diharapkan dapat meningkatkan pergerakan perekonomian di masyarakat setempat. Juga dengan Spektakuliner ini diharapkan ada ide ide kreatif pengembangan resep makanan di masyarakat yang berbasis masakan tradisional dan khas daerah. Warung-warung dengan menu tradisional harus kita lestarikan karena ini merupakan penggerak ekonomi lokal," ujar Anas.
Maka, saat berada di Jogja, ia pun "bersafari" mengisi jadwal makannya dari satu warung tradisional ke warung tradisional lainnya. Sarapan di Soto Sumuk yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, makan siang di warung sate Pak Tris Kronggahan, Mlati, Sleman dan makan malam di warung Cak Koting jalan Dr Sutomo.
Pemilihan Soto Sumuk bisa disebut "ideologis" karena lokasi soto ini berada persis di depan salah satu restoran makanan cepat saji asal Amerika. Warung soto ini memang sangat sederhana. Di depan warung tak ada papan nama yang menandai warung tersebut jualan soto. Tapi, jangan dilihat dari kemasan warungnya. Rasa dan kekhasan soto di sebelah timur Jembatan Gondolayu ini memiliki penggemar yang banyak.
Nah, Anas Urbaningrum rupanya pernah merasakan bagaimana kedahsyatan dari rasa soto yang juga dikenal dengan Soto Ijo ini. Ia pernah merasakan sumuknya (gerahnya) warung soto daging sapi ini, saat masa berpacaran dengan sang isteri, Tia Urbaningrum.
Pacaran Anas dengan Tia memang banyak menghabiskan waktu di Jogja. Ini karena, sang isteri merupakan putri dari KH Atabik Ali, pondok pesantren Ali Maksum. Kebetulan, saat itu, Anas nyantri di Krapyak. "Ini adalah kenangan saya dengan isteri saat masa pacaran," ujar Anas, saat menikmati Soto Sumuk, kemarin  (13/4) pagi.
Warung makan yang memiliki penggemar dari mulai tukang sapu sampai gubernur ini memang sudah lama berdiri. Menurut Bu Tini, pemilik warung, ayahnya Wongso mendirikan warung ini tahun 1968. Sejak berdiri sampai saat ini, warung tersebut telah pindah tiga kali. Dari dekat SPBU Terban, Pojok Ruko di Jalan Jenderal Sudirman, sampai saat ini. "Besarnya juga seperti ini. Tidak begitu besar," kata Saniman, adik Bu Tini.
Meski demikian, warung Soto Sumuk ini tetap mendapatkan tempat di hati penggemarnya. Buktinya, Anas yang sudah lebih dari 10 tahun tak mengunjungi warung makan tersebut, tetap kangen akan kekhasan soto yang usai makan menimbulkan hawa tubuh sumuk (gerah).
"Rasanya kalau awal, Makgayus. Itu levelnya jauh lebih tinggi dari Maknyus," kelakarnya yang diikuti tawa jajaran elite Demokrat baik DPP, DPD, dan DPC yang turut mengikuti Anas.
Sepanjang sehari kemarin, Anas menikmati spektakulinernya makanan khas Jogja. Acara makan-makan yang ia lakukan karena, sejak lama mantan Ketua PB HMI ini menggemari wisata kuliner. "Setiap mau datang ke salah satu daerah, pertama saya tanyakan adalah makanan khasnya," ujarnya.
Usai menikmati sajian warung, Anas memberikan apresiasi terhadap pemilik warung. Ia juga mendoakan semoga warungnya tetap laris karena masakannya memang khas dan enak.
"Enak sekali. Bumbunya khas. Saya tidak tahu bumbunya apa, tapi saya yakin ini bumbu khusus dan doa," ujarnya usai menikmati sate goreng Pak Tris di Kronggahan. Ia menyampaikan hal itu langsung kepada sang pemilik.
"Saya berdoa semoga warung ini makin laris,'' tambahnya.
Untuk lebih menguatkan doanya dan mendorong orang lain datang mengunjungi warung yang telah diberi cap spektakuliner ini, Anas memasukkan program spektakuliner ke dalam program baru partai yang dipimpinnya. "Jika dilihat memang sepele, hanya makan. Tapi, dampaknya membantu perekonomian masyarakat," imbuhnya.
Dia menjelaskan, dengan jumlah kader partai yang dipimpinnya mencapai ribuan, akan sangat membantu pemilik warung dalam promosi jika program ini terlaksana. Ini belum bantuan publikasi media, yang memang sengaja diundang untuk turut membesarkan ekonomi yang langsung dirasakan warga lokal.
"Saat ini makanan saja impor dan sudah menyebar ke mana-mana. Itu jika laris, yang diuntungkan adalah orang luar negeri. Uangnya bukan untuk warga dalam negeri," ingatnya.
Nama yang disebut-sebut bakal turut meramaikan pilihan presiden (pilpres) 2014 ini mengingatkan, akan sangat baik, jika masyarakat Indonesia mempertahankan lidah lokalnya. Sebab, jika masyarakat lebih menggemari warung makanan impor, bukan menguntungkan ekonomi dalam negeri. Tapi, masyarakat luar negeri yakni pemodal besar yang merauh rupiah.
"Ya bolehlah lidahnya rasa internasional. Tapi, jangan sampai dilupakan lidah lokal harus terus dijaga," katanya.***

Diposting oleh Rakhma di 15.37  

0 komentar:

Posting Komentar