TOP 1 Oli sintetik mobil-motor Indonesia |

Olah Bahan Lokal dengan Cita Rasa Global - Bali Post” plus 0 info menarik lainnya

Jumat, 30 September 2011

Olah Bahan Lokal dengan Cita Rasa Global - Bali Post” plus 0 info menarik lainnya


Olah Bahan Lokal dengan Cita Rasa Global - Bali Post

Posted: 30 Sep 2011 09:39 AM PDT

[unable to retrieve full-text content]


Olah Bahan Lokal dengan Cita Rasa Global
Bali Post
Sales Manager Dapur Kobe Wlayah Bali Nusra, Andi Kodriat, mengatakan materi pelatihan memasak yang digelar KKB ini memang fokus untuk mempelajari resep masakan yang diciptakan chef yang sudah berpengalaman. Peserta diajarkan memasak dengan sejumlah ...

Diposting oleh Rakhma di 16.01 0 komentar  

Rendang Telah "Merantau" Hingga ke Belanda - KOMPAS.com” plus 1 info menarik lainnya

Kamis, 29 September 2011

Rendang Telah "Merantau" Hingga ke Belanda - KOMPAS.com” plus 1 info menarik lainnya


Rendang Telah "Merantau" Hingga ke Belanda - KOMPAS.com

Posted: 29 Sep 2011 06:59 PM PDT

KOMPAS.com - Bayangkan sekerat daging yang sangat empuk, dengan lumuran bumbu dari aneka rempah dan cabai. Rasa gurih dan pedasnya melumer di lidah, mengantar ke awang-awang. Kelezatan ini telah mengantar rendang menjadi ikon baru, sebagai makanan terlezat di dunia!

Itu adalah hasil survei "The World's 50 Most Delicious Food" yang dilakukan CNNGo.com yang dijaring melalui akun Facebook. Rendang, juga nasi goreng yang menempati peringkat kedua, melampaui kelezatan sushi Jepang, tom yum goong Thailand, lasagna Italia, ataupun kebab Turki.

Awalnya, bulan Juli lalu CNNGo.com menempatkan massaman curry dari Thailand sebagai masakan terenak di dunia (rendang "hanya" menempati peringkat ke-11). Namun, daftar makanan terlezat itu memancing perdebatan hangat karena tidak mencantumkan kriterianya. Awal September, daftar itu direvisi.

"Setelah menjaring 35.000 suara, jelaslah survei terdahulu itu (Juli 2011) salah. Masakan terlezat di dunia bukanlah massaman curry dari Thailand, seperti yang kami sebutkan waktu itu, tetapi masakan daging yang spicy dan gingery dari Sumatera Barat," demikian kata pengantar di laman CNNGo.com.

Masakan khas Minang ini selalu menjadi menu favorit restoran padang yang tersebar di Nusantara. Dia sudah menjadi semacam penyatu selera masyarakat yang berasal dari beragam etnik di Indonesia. Sampai-sampai terasa ada yang timpang jika menu Lebaran di rumah tak menyertakan rendang. Masakan ini sudah menjadi trade mark hari raya.

Mungkin kita bisa menengok dapur Ny Reno Andam Sari (39), pemilik merek Rendang Uni Farah, di kawasan Cileduk, Tangerang, untuk membuktikan betapa rendang begitu digandrungi lidah orang Indonesia. Selasa (20/9/2011) sore itu, puluhan kilogram daging hampir tuntas dikemas untuk dikirimkan ke berbagai pelosok di Indonesia, bahkan hingga ke Iran, Irak, Jepang, dan Malaysia. Tak ada yang tersisa. Semua bungkus telah ada yang memesan.

Bayangkan bagaimana sibuknya suasana di garasi rumah ibu dengan dua anak ini ketika menjelang Lebaran lalu. Pintu pesanan sudah tutup meski Ramadhan baru dimulai. Maklum, permintaan telah mencapai lebih dari 500 kilogram.

Resep rendang Uni Farah diwarisi secara turun-temurun. Sang ibu, Ny Intan Cahaya (76), yang oleh Reno disebut sebagai master shifu rendang, menganggap keahliannya meracik rendang tidak istimewa. "Sesuai dengan tradisi di Payakumbuh, anak gadis yang sudah berusia 10 tahun harus masuk dapur dan bisa memasak. Jadi, sejak kecil saya sudah biasa membuat aneka masakan, termasuk rendang, untuk keluarga besar," kata Intan, yang kemudian mewariskan keahliannya kepada putrinya, Reno.

Rendang Uni Farah masih menggunakan proses tradisional, yaitu dimasak dengan kayu bakar. Mungkin proses inilah yang membedakan tingkat kelezatan. Dengan kayu bakar, panas api bisa dipindah-pindahkan sesuai dengan keinginan. Sementara dengan kompor gas, api hanya menjangkau lingkaran kompor.

Keratan-keratan daging itu dicemplungkan ke dalam bumbu rendang yang berwarna merah keemasan, yang merupakan campuran dari lengkuas, kunyit, jahe, daun jeruk, bawang merah, dan tentunya santan. Beberapa menit sekali adonan itu terus diaduk sampai kuah adonan mengering. Sebuah proses yang melelahkan. "Kami mulai memasak pukul 08.00 dan pukul 17.00 baru jadi rendang kering," kata Reno. Bayangkan, hampir sembilan jam!

Dan, daging-daging berwarna coklat kehitaman ini bukan hanya empuk, juga menyisakan tekstur berminyak dan aroma asap yang khas. Smoky and tender, itulah ungkapan untuk menggambarkan kelezatan rendang di mata orang asing, yang menyebutnya sebagai Western Sumatra caramelized beef curry.

Tanyakan kepada ahli kuliner William Wongso yang sedang berada di Belanda, bagaimana orang-orang bule itu sampai gandrung dengan menu satu ini. Apalagi setelah mereka tahu betapa ruwet dan unik pemasakannya. Proses menggosongkan santan dan bumbu hingga menghasilkan rasa gurih dan aroma harum karamel sulit ditandingi daya tariknya.

"Singkatnya, setiap orang asing yang antre untuk mencicipi masakan ini pasti akan antre lagi," kata William, yang pekan lalu melakukan pelatihan memasak bagi anggota Asosiasi Pemburu Belanda. Ia antara lain mengenalkan resep rendang untuk memasak hasil buruan mereka, yang ternyata sangat digemari. Pun dalam jamuan makan malam yang diadakan Duta Besar Indonesia untuk Belanda Umar Hadi, Menteri Luar Negeri Belanda Ulrich Rozenthal dan undangan menyatakan "suka sekali" sewaktu mereka mencicipi rendang.

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia, yang menjadi salah satu ujung tombak pengenalan kuliner Indonesia ke tataran internasional, juga menyimpan cerita ini. Rendang yang dimasak oleh perusahaan katering Aerofood ACS menjadi salah satu menu andalan di pesawat dan senantiasa menjadi favorit penumpang mancanegara.

"Rendang selalu habis. Untuk sajian rijsttafel di kelas bisnis, rendang menjadi pilihan penumpang yang paling laris. Bule-bule itu sampai pada nambah," kata Agus Priyanto, Executive Vice President Commercial Garuda Indonesia.

Tanah kelahiran
Bagaimana keberadaan rendang di tanah kelahirannya? Rupanya bukan perkara mudah menemukan lapau yang menjual rendang terbaik di ranah Minang. Semua rendang di sana (disebut randang) terasa enak, dengan hanya perbedaan tipis untuk menyatakannya "paling enak".

Muncullah nama Ampera Beringin, lapau yang didirikan pasangan almarhum Ali Umar Pilo dan Roslaini Pilo pada awal 1970-an, yang kini telah berkembang menjadi beberapa lapau dan salah satunya dikelola oleh anak ke-9, Iswandi, di kawasan Pasar Raya, Padang.

Daging rendang di lapau itu punya tekstur khas. Dengan sekali gigitan, lidah kita akan merasakan sensasi hancurnya daging di langit-langit mulut dengan lelehan bumbu menusuk lidah. Namun, menurut Iswandi, kenikmatan itu bukan proses sekejap. Semuanya diawali dengan pemilihan bahan baku yang segar, terutama daging, dan proses memasak yang bisa berbeda setiap dapurnya. Namun, bagian ini sedikit diselubungi. Maklum "rahasia perusahaan".

"Semua bumbu dan cabai kami giling sendiri. Memang ada di pasar, tetapi kami memilih sendiri bumbu yang segar, meracik sendiri, dan menggiling sendiri. Rasanya pasti beda," kata dia.

Selain untuk konsumsi di Padang, rendang lapau itu sudah melanglang buana. "Rendang kami sering dibawa sebagai bekal pergi haji ke Mekkah ataupun orang yang belajar di Eropa. Orang Minang kan lumayan banyak di Belanda," lanjutnya.

Tradisi merantau warga Minang nyatanya ikut memopulerkan rendang ke seluruh penjuru Nusantara dan tanah rantau di negeri orang. Ikatan kuat dengan makanan kampung halaman itu akhirnya ikut mendorong inovasi pengemasan sehingga rendang bisa dikirim dengan mudah dan dikemas tahan lama.

Di Kota Payakumbuh misalnya, jenis rendang yang ditawarkan dibungkus dalam kemasan plastik dan dimasukkan dalam kotak-kotak dengan aneka merek, yang biasanya diambil dari nama anak perempuan sang pemilik. Rendang yang dijual sangat kering dan memiliki jenis yang beragam, seperti rendang telur, rendang paru, rendang ubi yang cenderung mirip keripik. Juga ada rendang runtiah, berupa daging yang disuwir-suwir.

"Kami tidak menjual sendiri ke luar negeri, tetapi ada pengepul. Mereka mengumpulkan dan kemudian menjualnya ke Singapura dan Mekkah," kata Eriani, pemilik rendang bermerek Erika yang gerainya di Jalan Tan Malaka, Sungai Durian, Kecamatan Payakumbuh Utara.

Ketika rendang menjadi bekal favorit mereka yang menunaikan ibadah haji, hal ini mendorong pengusaha rendang memodifikasi strategi berdagang. "Saya kembangkan rendang dalam bentuk sachet, yaitu satu paket isinya dua potong. Jadi jemaah bisa membuka rendangnya sehari demi sehari," kata Reno, pemilik Rendang Uni Farah.

Modernisasi telah membuat kehidupan manusia menjadi serba cepat dan efisien, sampai-sampai memunculkan yang dinamakan masakan cepat saji. Namun, selera rupanya susah berubah. Perlahan tetapi pasti, orang semakin merindukan kembali "masakan rumah".

Rendang telah menjembatani perubahan zaman….

(MYR/SF/BSW/DAY/INK)

Sent from Indosat BlackBerry powered by

Sumber: Kompas Cetak

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Kini Anda Bisa Mencicipi Tamara Bleszynski - Vivanews

Posted: 29 Sep 2011 07:29 AM PDT

Kamis, 29 September 2011, 15:23 WIB

Lutfi Dwi Puji Astuti, Beno Junianto

Tamara Bleszynski (VIVAnews/Gestina.R)

VIVAnews - Artis Tamara Bleszynski membuat langkah baru mengejutkan: terjun ke dunia kuliner, dan langsung jadi koki. Sudah beberapa saat ini, pemeran film "Air Terjun Pengantin" ini menunjukkan keahliannya sebagai juru masak di Negev Resto, yang terletak di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Di situ, Tamara yang sudah beranak dua ini menjadi koki tamu dan menyajikan berbagai resep istimewanya untuk para pengunjung. Di resto yang menyediakan masakan Asia, Prancis, Italia serta Spanyol tersebut, nama Tamara diabadikan menjadi salah satu menu appetizer, Tamara Bleszynski Style Veal.

"Saya deg-degan awalnya jadi chef di sini," ujarnya kepada VIVAnews, Kamis 29 September 2011.  "Saya senang masak, saya benar benar mencintai makanan."

Tamara mengaku kecintaannya pada dunia dapur mulai timbul semenjak ia suka memasak untuk sang suami, Mike Lewis. Dia sempat memperdalam keahliannya dengan masuk sekolah kuliner di Jakarta.  

"Saya sudah bergabung di Culinary Center dua tahun," katanya. "Hobi memasak saya dapat dari almarhum bapak saya."

Profesi baru Tamara ini rupanya didukung penuh sang suami. "Saya berysukur sekali dikasih banyak kesempatan menjadi chef. Jadi, kalau mau tahu kegiatan saya datang ke sini saja," ujarnya, berpromosi. (kd)

• VIVAnews

Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 20.45 0 komentar  

Dahlan Iskan dan Racikan Sambal Sang Istri - Tempo Interaktif” plus 0 info menarik lainnya

Rabu, 28 September 2011

Dahlan Iskan dan Racikan Sambal Sang Istri - Tempo Interaktif” plus 0 info menarik lainnya


Dahlan Iskan dan Racikan Sambal Sang Istri - Tempo Interaktif

Posted: 27 Sep 2011 07:39 PM PDT

TEMPO Interaktif, Jakarta - Bagi Dahlan Iskan, tak ada makanan yang paling lezat di dunia ini selain masakan sang istri. Bahkan resep restoran internasional sekalipun.

Dengan alasan itulah, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara ini setiap hari selalu membawa bekal masakan sang istri. Seperti siang hari itu, Selasa, 27 September 2011. Usai melakukan kunjungan ke salah satu proyek PLN, pemilik usaha Jawa Pos Group ini menemui kami di ruang rapat kantornya di Jakarta.

Tanpa cangung-canggung, dia menanting ransum berisi santap siang dengan menu racikan sang istri. "Saya makan siang dulu ya," kata Dahlan.

Menunya nasi putih, sambal, tempe goreng, dan daging. "Istri saya pintar masak, apalagi sambalnya paling enak. Bahkan kalau saya pergi ke luar negeri, saya minta dibawakan sambal," kata Dahlan kepada Tempo, Selasa, 27 September 2011.

Soal makan, bagi Dahlan bukan hal sepele. Sejak selesai menjalani cangkok hati di Cina beberapa tahun lalu, dia harus memperketat jadwal makan.

Makan siang maksimal hanya boleh sampai jam 3 sore. Setiap jam 5 sore, Dahlan harus minum obat. Dua jam sebelumnya, tak boleh satu pun makanan masuk ke perut.

Obat yang diminum berfungsi untuk membantu menyelaraskan hati dengan alat tubuh Dahlan lainnya.

ERWINDAR

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 16.04 0 komentar  

Farah Quinn Menyukai yang Tradisional - KOMPAS.com” plus 1 info menarik lainnya

Selasa, 27 September 2011

Farah Quinn Menyukai yang Tradisional - KOMPAS.com” plus 1 info menarik lainnya


Farah Quinn Menyukai yang Tradisional - KOMPAS.com

Posted: 26 Sep 2011 04:58 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru masak alias chef Farah Quinn selalu memesona pemirsa televisi. Meski dia telah mencoba dan mencicipi segudang resep, ternyata wanita semampai yang pernah mengenyam pendidikan dan memulai karier memasak di Pennsylvania, Amerika Serikat, ini masih menyukai masakan tradisional. Bahkan, ia memiliki penilaian sendiri terhadap masakan khas, termasuk menu Banjar.

"Rasa masakan Banjar memiliki kemiripan dengan Palembang, Sumatera Selatan, ujarnya saat ditemui di lobi Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, akhir pekan lalu. Perempuan kelahiran 8 April 1980 itu baru saja mengisi acara demo memasak bersama salah satu produk alat rumah tangga dan majalah.

Kemiripan masakan Banjar dan Palembang itu terletak pada bahannya yang didominasi ikan; meski untuk Palembang ada sedikit nuansa Arab, sedangkan masakan Banjar ada sedikit unsur Melayu.

"Selain itu, yang aku suka adalah bingka. Bingka banjar rasanya lembut dan gurih. Di tempat lain, seperti Malaysia, (bingka) juga ada. Cuma, rasanya beda," ucapnya sambil sibuk bergincu sebelum akhirnya berdiri dan siap difoto.

Farah mengaku pernah membuat kue bingka yang sama dalam sebuah acara. Ke depan, pengin membuat lagi dengan sentuhan modifikasi tentunya. (WER)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Sajian Lezat ala "The Kitchen Musical" di Metro TV - Metro TV News

Posted: 26 Sep 2011 08:29 PM PDT

Sajian Lezat ala "The Kitchen Musical" di Metro TV
Selasa, 27 September 2011 10:19 WIB

Metro TV awal Oktober nanti akan mempersembahkan sebuah sajian unik kombinasi drama musikal dengan dunia kuliner. Bertajuk The Kitchen Musical, pemirsa akan disuguhi drama musikal televisi berkelas internasional pertama produksi The Group Entertainment untuk pasar Asia.

Musim pertama The Kitchen Musical berisi 13 episode dengan durasi masing-masing satu jam. Penayangan serempak di 16 negara pada bulan Oktober 2011 melalui AXN, NTV7 (Malaysia), Studio 23 (Filipina), dan Metro TV (Indonesia).

Berbeda dengan drama musikal pada umumnya, The Kitchen Musical menggabungkan musik-musik populer yang diaransemen khusus, koreografi cantik, seni memasak, dan resep masakan yang menggugah selera.

Berlatar dapur sebuah restoran terkenal, alur cerita yang diusung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, dengan tema persahabatan, impian, cinta, kesedihan, kegagalan, dan lainnya.

Drama musikal ini mengisahkan impian seorang gadis muda bernama Maddie Avilon yang diperankan artis multitalenta Filipina, Karylle Tatlonghari. Maddie adalah jebolan sekolah kuliner terkenal di Paris yang memulai kariernya sebagai chef di The Avilon, restoran milik ayahnya. Meski memulai karier di restoran keluarga, banyak kendala yang jauh dari bayangannya semasa sekolah.

Maddie memunyai sahabat, yakni Chef Daniel yang dimainkan penyanyi ganteng asal Filipina, Christian Bautista. Daniel adalah sahabat Maddie sejak kecil. Kepada Daniel-lah Maddie mencurahkan segenap perasaannya. Namun kebaikan Chef Daniel kadang mencurigakan. Dialah yang paling mendapat keuntungan bila Maddie mengundurkan diri dari The Avilon.

Satu kendala Maddie adalah kehadiran saingan utamanya, Chef Alex Markus yang diperankan Stephen Rahman-Hughes, aktor dan vokalis opera asal Inggris. Alex digambarkan sebagai sosok perfeksionis yang ingin segala sesuatu berjalan sesuai yang ia inginkan. Jelas Alex menjadi orang yang paling diuntungkan apabila Maddie mundur dari The Avilon.

Tidak hanya Alex. Kehadiran Selena juga menambah panas suasana The Avilon. Karakter Selena yang diperankan Rosemary Vandenbroucke, ikon fesyen dari Hong Kong, adalah sosok bermuka dua. Ia banyak menyimpan rencana busuk untuk menghancurkan Maddie dan memenangkan hati Alex. Selena menutupi semua rencananya di balik wajah cantik, tubuh seksi, dan sikap yang sok ramah.

Peran General Manager The Avilon adalah Harry Shaw yang diperankan oleh Arthur Acuna, aktor berbakat dari New York yang terkenal di Amerika dan Filipina.

Pemeran The Kitchen Musical adalah artis berbakat hasil casting yang dilakukan di berbagai negara. Seluruh makanan dan minuman yang disajikan adalah masakan populer Eropa.

Sebagian besar musik dan lagu yang mengiringi drama musikal ini adalah musik populer yang khusus diaransemen untuk koreografer, music director, konsultan make up, konsultan kuliner, dan chef kenamaan dunia dengan kualitas sangat baik.

Penonton juga akan dipuaskan dengan kualitas gambar yang sangat luar biasa. Itu menambah panjang daftar keunggulan drama musikal ini dibanding drama-drama musikal lainnya.

Makanan disajikan dengan sedemikian detail hingga mau tidak mau, Anda tergoda untuk ikut mencicipinya.

Jadi, jangan lewatkan tayangan perdana The Kitchen Musical pada Sabtu, 1 Oktober 2011 pukul 21.30-22.30 WIB, hanya di Metro TV!

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 15.41 0 komentar  

Aiko Jadikan Pujian Sebagai Penyemangat - KapanLagi.com” plus 0 info menarik lainnya

Senin, 26 September 2011

Aiko Jadikan Pujian Sebagai Penyemangat - KapanLagi.com” plus 0 info menarik lainnya


Aiko Jadikan Pujian Sebagai Penyemangat - KapanLagi.com

Posted: 25 Sep 2011 11:27 PM PDT

Kapanlagi.com - Setelah beberapa nama chef, seperti Farah Quinn dan Juna Rorimpandey, sukses mengisi acara kuliner di beberapa stasiun televisi, kini muncul lagi chef muda, Aiko Sarwosri. Chef seksi yang satu ini merupakan blasteran Jepang - Indonesia dan tidak sedikit masyarakat yang mengidolakan pemandu acara Dapur Cantik yang tayang di program Warna di Trans 7 itu.

Aiko suka masak sejak duduk di bangku SMP dan mulai serius dengan dunia masak-memasak sejak SMA. Kesan smart dan seksi chef melekat dalam dirinya, membuat banyak fans yang mengomentari di dunia maya.

"Aku masih mengisi acara di Dapur Cantik. Banyak yang bilang aku cantik dan seksi lewat twitter dan FB, aku anggap positif saja komentar mereka. Aku jadikan semangat untuk terus membuat resep baru," ujar perempuan kelahiran Medan, 6 Mei 1989 saat ditemui di Kawasan Cinere, beberapa waktu lalu.

Yang unik dari Aiko adalah, dia hanya menyajikan masakan nasional Indonesia. Menurutnya, menu-menu nasional masih banyak diminati masyarakat.

"Aku beda dengan chef yang lain, aku selalu tonjolkan resep Nusantara, asli masakan dari Indonesia. Nggak yang western atau chinnesse, karena aku lihat dan tahu, masakan Indonesia juga dicari oleh masyarakat luar negeri," kata Aiko.

Keseriusannya di dunia masak-memasak, menuntutnya harus mendalami dunia yang digeluti sekarang. Bahkan sekarang juga mengambil kuliah memasak, untuk menjadi chef profesional.

"Aku juga ingin bekerja secara profesional di restoran luar negeri dan bekerja di kapal pesiar, makanya aku sekarang kuliah kuliner. Masih harus mencari ilmunya dulu, tetap tujuan aku promosikan masakan Indonesia," tandasnya.  (kpl/hen/dar)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 16.00 0 komentar  

Aiko: Saya Senang Dibilang Chef Seksi - Vivanews” plus 2 info menarik lainnya

Minggu, 25 September 2011

Aiko: Saya Senang Dibilang Chef Seksi - Vivanews” plus 2 info menarik lainnya


Aiko: Saya Senang Dibilang Chef Seksi - Vivanews

Posted: 23 Sep 2011 04:22 PM PDT

[unable to retrieve full-text content]


Aiko: Saya Senang Dibilang Chef Seksi
Vivanews
Kesan seksi dan cantik menjadi daya pikat bagi para fans untuk terus mengikuti setiap resep masakan yang disajikannya di salah satu stasiun televisi swasta. "Aku masih mengisi acara di Dapur Cantik. Banyak yang bilang aku cantik dan seksi lewat twitter ...

dan lainnya »

Farah Quinn: I Like Manado Foods - Tribunnews

Posted: 25 Sep 2011 12:28 PM PDT

TRIBUNNEWS.COM - WAJAH Farah Quinn langsung terlihat sumringah saat bercerita soal makanan-makanan khas Sulawesi Utara. Ternyata wanita kelahiran  8 April 1980 itu sangat menyukai hampir semua makanan khas dari Sulut yang pernah ia cicipi. Ia mengaku sangat terkesan dengan cita rasa menu-menu yang ada di Manado. "I Like Manado Foods. Makanan Manado sangat enak, its my favorite," ujar wanita bernama lengkap Farah Farhanah Quinn itu saat mengunjungi Kantor Tribun Manado, Minggu  (25/9).

Ia juga menyinggung soal sambal dabu-dabu. Menurutnya rasa sambal mentah dan berminyak itu sangat unik dan memiliki rasa yang khas. Apalagi ia mengaku suka makanan yang dimasak cepat.  "Sambal dabu-dabu sangat enak, I like it!" ujar Farah Quinn.

Chef  kelahiran Bandung itu mengaku, kedatangannya ke Manado bukan yang pertama.Ia sebelumnya pernah beberapa kali mendatango Kota Tinutuan ini. Setiap kali datang, ia selalu 'wajib' mencicipi   kue-kue yang ada di Manado, khususnya Klappertart. "Kue-kuenya enak. Klappertart-nya wuihh yummy. Saya sangat suka sekali kue Klappertart. Nanti tolong antar saya ke bakery ya," ujarnya kepada dua orang rekannya yang mendampingi.

Selain kuliner, wanita yang pernah menimba ilmu di Pittsburgh Culinary Institute ini ternyata sangat menyukai budaya serta panorama di Sulut. Menurut pengamatannya, di Sulut ini ada berbagai macam budaya. "Campur-campur ya budayanya di sini. Ada sedikit budaya Filipina, Portugis, dan juga Belanda," ucapnya.

Meski menyukai Sulut, namun wanita yang pernah belajar memasak pada Chef Ewald Notter and Colette Petersmengaku mengaku sedih.  Pasalnya, setiap berkunjung ke Bumi Nyiur Melambai, ia tak mempunyai waktu panjang untuk menikmati tempat-tempat wisata. "Manado sangat indah.Tapi sampai sekarang saya belum pernah ke Bunaken. Saya penasaran sekali ingin ke Bunaken, tapi sore sudah pulang kembali," ujarnya.

Di akhir pembicaraan, Farah Quiin juga sempat menceritakan bahwa kunci kesuksesan membuat aneka menu masakan itu ditentukan oleh kelengkapan bahan dan alat-alat untuk memasak. "Kalau ditanya apakah pernah gagal saat memasak menu makanan, saya pikir semuanya tergantung equipment dan bahan-bahan untuk resep tersebut. Jika bahan tidak lengkap, dan alat- alat penunjang masak kurang, tentu akan mempengaruhi hasil," ujarnya. (aro)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Agar Masakan Nusantara Mendunia - Vivanews

Posted: 21 Sep 2011 08:46 PM PDT

rendang kambing (inmagine)

VIVAnews - Kita boleh bangga mendengar penobatan rendang dan nasi goreng sebagai makanan terlezat di dunia versi CNN. Namun, jangan terlena. Momentum ini harus menjadi senjata untuk memopulerkan ragam masakan nusantara lainnya.

Rendang dan nasi goreng hanya bagian dari kekayaan kuliner nusantara yang melimpah. "Menyenangkan mendengar rendang menjadi makanan yang paling disukai, tapi makanan dari daerah lain bagaimana?" ujar pakar budaya Prof Dr Edi Sedyawati usai seminar 'Mencermati Kuliner Nusantara sebagai Cerminan Kekayaan Budaya Bangsa' di Universitas Indonesia.

Menurutnya, masyarakat Indonesia harus semakin gencar mengadakan acara-acara kuliner seperti festival atau bazar makanan Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri.

Tak hanya itu, kajian-kajian terkait kuliner, pengembangan bisnis di bidang boga, inovasi resep, usaha-usaha yang sinergis dari berbagai pihak, serta membudayakan masakan nusantara harus dilakukan untuk dapat bertahan di tengah 'gempuran' kuliner asing.

Mungkin tidak semua masyarakat Indonesia mengetahui seluruh masakan nusantara. Bahkan ada saja orang yang hanya mengetahui makanan-makanan ikonik dari kota-kota besar di Indonesia. Karena itulah, kajian-kajian dan identifikasi terkait kuliner di seluruh Indonesia penting dilakukan.

"Masakan Indonesia itu kaya, satu masakan saja bisa terdapat beberapa jenis berbeda di daerah lain. Karena itulah perlu adanya identifikasi dan klasifikasi makanan Indonesia. Ini penting untuk mempromosikannya," paparnya.

Selain sebagai langkah mempromosikan kuliner Indonesia, hal tersebut juga dinilai sebagai langkah awal untuk membudayakan masakan tradisional Indonesia. Di tengah gempuran restoran asing, semakin banyak anak muda Indonesia melupakan masakan tradisional Indonesia.

"Karena itu penting untuk mendidik dan memperkenalkan anak kita akan masakan Indonesia. Jangan sampai mereka tidak suka atau tidak tahu karena terlalu sering mengonsumsi masakan-masakan asing," ia menambahkan.

Namun sayang, kerumitan dalam memasak resep-resep masakan Indonesia menghalangi anak muda untuk belajar memasaknya. Mereka justru lebih senang memasak resep-resep praktis yang tidak menggunakan banyak bumbu.

Untuk mengatasi masalah ini, Edi Sedyawati mengatakan bahwa inovasi dalam resep makanan penting untuk dilakukan. Misalnya, dengan mengemas bumbu-bumbu agar mudah untuk diolah. "Mungkin nanti bumbu rendang bisa dibuat secara instan. Lalu dicampurkan ke dalam daging dengan porsi air tertentu. jadi dibuat sepraktis mungkin," ujarnya.

Tak hanya itu inovasi dalam penggunaan bahan makanan juga sama pentingnya. Melihat fakta bahwa semakin banyaknya bahan pangan impor yang masuk, memojokkan produk pangan Indonesia. Bahkan kampanye penggunaan produk pangan impor semakin gencar dilakukan.

"Lidah kita sekarang terjajah. Mereka berusaha mencapai lidah kita dengan menciptakan rasa-rasa yang familiar. Ini kapitalisme dalam makanan," ujar sejarawan JJ Rizal, ditemui dalam kesempatan yang sama.

Itu merujuk pada popularitas produk-produk yang tidak diproduksi di tanah air. Semakin banyak produk pangan impor yang menggantikan produk pangan dalam negeri sebagai bahan dasar pembuatan masakan tradisional. "Kenapa tidak menggantinya dengan singkong, ubi jalar, atau produk-produk lain yang dapat diproduksi di Indonesia," Edi Sedyawati menambahkan.

Menurutnya, harus ada gerakan sinergis yang dilakukan antara pemerintah, pembisnis, dan petani. Memang standar mutu produk pangan Indonesia masih menjadi penghalang. Tetapi, mempromosikan resep Indonesia yang menggunakan produk pangan dalam negeri bisa menjadi pilihan pintar untuk semakin mendorong mutu pangan.

Dan, ini menjadi tugas bangsa Indonesia selanjutnya. Selain mempromosikan seluruh kuliner, tetapi juga mempromosikan produk pangan Indonesia. (eh)

• VIVAnews

Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 15.55 0 komentar  

” plus 0 info menarik lainnya

Sabtu, 24 September 2011

” plus 0 info menarik lainnya


Posted:

[unable to retrieve full-text content]

Diposting oleh Rakhma di 15.57 0 komentar  

Kala Christian Bautista Jadi Chef di TV - KOMPAS.com” plus 0 info menarik lainnya

Jumat, 23 September 2011

Kala Christian Bautista Jadi Chef di TV - KOMPAS.com” plus 0 info menarik lainnya


Kala Christian Bautista Jadi Chef di TV - KOMPAS.com

Posted: 22 Sep 2011 05:48 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Christian Bautista, aktor dan penyanyi kenamaan asal Filipina makin senang saja gonta-ganti pekerjaan. Setelah sempat menjadi seorang guru anak-anak berkebutuhan khusus, pasangan duet Bunga Citra Lestari di Indonesia itu, kini menjadi seorang koki masak di sebuah restoran di Singapura.

Tapi tunggu dulu, kesemua profesi barunya tersebut ternyata masih berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya. Saat menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus, itupun merupakan perannya di sebuah film berjudul Simfoni Luar Biasa.

Sedangkan, ketika sekarang menjadi seorang chef (juru masak), itupun menjadi aksi barunya dalam sebuah seri drama musikal baru bernama The Kitchen Musical, produksi Singapura.

Bautista, yang akan memerankan sosok Daniel dalam serial tersebut, digambarkan sebagai sosok yang pintar memasak. Tak cuma dituntut terlihat piawai memasak, Bautista juga ditantangan menunjukkan kepiawaian lain.

"Saya harus menari, berdansa, menyanyi, dan akting di sini. Saya merasa, saya canggung berdansanya. Tapi ketika menyanyi, tiba-tiba saya merasa nyaman," jelas Bautista saat ditemui wartawan di peluncuran The Kitchen Musical di fX Plaza, Senayan, Jakarta, Kamis (22/9/2011).

Dalam The Kitchen Musical, Daniel (Bautista) dihadapkan pada sebuah persahabatan yang tak indah dengan Maddie (Karylle Tatlonghari), sahabatnya sedari kecil. Pertemanan itu berjalan hingga dewasa. Daniel dan Maddie sama-sama bekerja sebagai seorang juru masak di sebuah restoran milik ayah Maddie bernama The Avillon. Maddie merupakan jebolan sekolah kuliner terkenal di Paris.

Walau begitu, apapun yang dibayangkannya untuk mengurusi sebuah restoran selama masa studinya ternyata tak sama dengan kenyataannya. Termasuk ketika Maddie bekerja di restoran milik keluarga sendiri. 

Tak hanya menyuguhkan kegiatan memasak. Sajian tontonan yang dapat disaksikan sesi pertamanya sebanyak 13 episode--dengan masing-masing episode berdurasi satu jam ini --benar-benar menggabungkan kisah drama plus alunan musik populer yang didaur ulang, selain tentunya tayangan nikmat masakan Eropa resep para top chef Asia.

Intrik kisah drama, ditambah bumbu-bumbu kisah cinta, turut membalut alur cerita seri yang dimainkan oleh para pemain dari beragam negara ini. Bautista dan Karylle Tatlonghari berdua saja tentu tak cukup menghidupkan drama seri yang juga akan tayang di 16 negara mulai Oktober esok itu. Akan ada Alex seorang yang ambisius dan perfeksionis, Selena si seksi pencemburu dan licik, serta pemain-pemain lain seperti Harry sang kepala restoran.

"Saya senang main di tayangan ini karena menambah pengalaman tersendiri. Setiap pertunjukan episode menunjukkan cara memasak yang berbeda-beda. Di episode pertama, saya harus menyajikan masakan. Saya harus tahu cara memasaknya lewat resep-resep dan menyebut bahan-bahannya. Saya browsing di internet termasuk bagaimana cara menyebut bahan-bahan itu," papar Bautista yang menggemari sop buntut dan domba bakar ini.

Kisah Bautista dan pengalaman barunya sebagai koki itu, bisa disaksikan di Metro TV mulai 1 Oktober 2011 pukul 21.30-22.30. Serial ini tak hanya dibintangi Bautista, tapi juga bintang-bintang lainnya seperti  Stephen Rahman-Hughes (Inggris),  Rosemary Vandenbroucke (Hong Kong), dan Arthur Acuna (AS). 

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 15.22 0 komentar  

Agar Masakan Nusantara Mendunia - Vivanews” plus 2 info menarik lainnya

Kamis, 22 September 2011

Agar Masakan Nusantara Mendunia - Vivanews” plus 2 info menarik lainnya


Agar Masakan Nusantara Mendunia - Vivanews

Posted: 21 Sep 2011 08:46 PM PDT

[unable to retrieve full-text content]


Agar Masakan Nusantara Mendunia
Vivanews
Jangan sampai mereka tidak suka atau tidak tahu karena terlalu sering mengonsumsi masakan-masakan asing," ia menambahkan. Namun sayang, kerumitan dalam memasak resep-resep masakan Indonesia menghalangi anak muda untuk belajar memasaknya. ...

dan lainnya »

Menaikkan Harkat Koki Kue - Tempo Interaktif

Posted: 16 Sep 2011 03:02 PM PDT

[unable to retrieve full-text content]


Menaikkan Harkat Koki Kue
Tempo Interaktif
Resep dan aneka bahan yang akan dipakai disiapkan. Hups, kue yang cantik, lezat, menggugah selera, serta mempunyai gizi yang tinggi pun dibuat. Dalam waktu delapan jam, 10 chef pastry beradu konsep dan memenangi tiket menuju kompetisi pastry ...

dan lainnya »

Unik dan Klasik Hidangan Bavaria - Koran Sindo

Posted: 20 Sep 2011 01:06 PM PDT

[unable to retrieve full-text content]


Unik dan Klasik Hidangan Bavaria
Koran Sindo
Beragam varian masakan klasik dan tradisional bakal disiapkan oleh seorang executive chefyang memang berasal dari Jerman, yakni Eduard Betz. Betz menuturkan,ciri khas masakan Bavaria yaitu mengenyangkan, simpel dalam penyajian, dan menggunakan resep ...

Diposting oleh Rakhma di 16.16 0 komentar  

” plus 0 info menarik lainnya

Rabu, 21 September 2011

” plus 0 info menarik lainnya


Posted:

[unable to retrieve full-text content]

Diposting oleh Rakhma di 18.06 0 komentar  

Memperkaya Kuliner dengan "Perkawinan" Indonesia-Amerika - KOMPAS.com” plus 0 info menarik lainnya

Minggu, 18 September 2011

Memperkaya Kuliner dengan "Perkawinan" Indonesia-Amerika - KOMPAS.com” plus 0 info menarik lainnya


Memperkaya Kuliner dengan "Perkawinan" Indonesia-Amerika - KOMPAS.com

Posted: 14 Sep 2011 07:06 AM PDT

KOMPAS.com - Indonesia kaya akan rempah. Tak ada yang bisa menandingi kesegaran dan keanekaragaman rempah di Indonesia. Sayangnya, tak banyak orang mengetahui kekayaan rempah, juga kuliner Indonesia. Rempah dari Indonesia, semakin kaya dengan diolah menggunakan bahan baku berkualitas tinggi. Inilah yang ingin disebarluaskan dewan chef dari Indonesia, didukung Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) melalui Foreign Agricultural Service (FAS) Jakarta, Indonesia.

FAS Jakarta membentuk dewan chef yang disebut USDA Chef of Council (CoC). Chef kenamaan Indonesia yang terpilih sebagai anggota dewan chef ini di antaranya chef Muchtar Alamsyah (chef Tatang), Ucu Sawitri, Haryanto Makmoer, Edwin Handoyo Lauwy (Edwin Lau).

Keempat chef ini dipinang FAS untuk menjalankan program Train the Trainer. Mereka berkesempatan belajar ilmu memasak di Amerika dengan dukungan penuh dari FAS. Chef Ucu berkesempatan lebih dahulu belajar di Amerika, pada Oktober 2010 lalu. Sedangkan Chef Tatang, Edwin, dan Haryanto baru saja kembali dari Amerika, September 2011.

Sepulang dari Amerika, keempatnya tak sabar ingin berbagi ilmu dan pengalaman kepada masyarakat Indonesia. Program roadshow pun segera digelar USDA CoC, mengajak empat chef kebanggaan Indonesia untuk mengenalkan "perkawinan" kuliner Indonesia dan Amerika selama beberapa bulan ke depan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.

Sebelum terjun mengenalkan kuliner percampuran Indonesia-Amerika, empat chef ini kembali mendapatkan pelatihan di Hotel Dharmawangsa, Jakarta. Chef Andrew Gold dari Institute of Culinary Education, New York, didatangkan langsung dari Amerika, untuk melatih dewan chef Indonesia selama lima hari di Jakarta.

Kagumi kencur

Chef Gold menuliskan resep makanan perpaduan bahan makanan Amerika dengan bahan dan bumbu rempah khas Indonesia. Chef Gold tak datang sendirian. Didampingi Chef Jill Sandique, anggota USDA CoC Filipina, Chef Gold mengembangkan resep baru Indonesia dengan menggunakan produk bahan makanan dari Amerika.

"Saya membuat resep untuk satu minggu begitu datang ke Jakarta. Saya memasak dengan kencur di Indonesia, rempah yang tak bisa saya temukan di Amerika. Rempah-rempah di Indonesia sangat segar, memiliki citarasa khas, dan menyehatkan," jelas Chef Gold kepada Kompas Female di sela konferensi pers di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (14/9/2011).

Chef Gold melanjutkan, makanan dan bumbu-bumbu masakan di Indonesia juga lebih bervariasi. Masakan Indonesia akan lebih fantastis jika dikombinasikan dengan menggunakan bahan baku berkualitas, seperti bahan makanan dari Amerika yang dikenal dengan konsistensi kualitasnya karena diolah dengan menggunakan teknologi di laboratorium.

Tak bisa dipungkiri, program USDA CoC, Train the Trainers memang menjadi salah satu cara yang dipilih Dennis Voboril, Konsul Amerika urusan Pertanian di Jakarta, untuk mengenalkan bahan makanan Amerika. Seperti apel Washington, kismis, kurma Medjool, daging, kentang, dan lainnya.

Meski begitu, program pengembangan kuliner inisiasi Departemen Pertanian Amerika ini tak disia-siakan para pakar kuliner Indonesia. Selain memperkaya ilmu, program ini juga membuka kesempatan kepada chef Indonesia untuk mengenalkan makanan Indonesia di luar negeri.

"Butuh keberanian untuk memulai program ini. Bagi saya tujuannya jelas, melestarikan dan memperkenalkan masakan khas Indonesia, melalui program yang dibuat oleh negara lain, bukan negara sendiri. Melalui program ini, kita bisa membawa kuliner Indonesia ke tingkat internasional. Para pakar kuliner dunia bisa mengenal makanan khas Indonesia, selain juga rempah-rempah Indonesia yang bisa dikombinasikan dengan bahan makanan produksi mereka," kata Chef Ucu, pakar kuliner di bidang pastry.

Mempromosikan sekaligus memperkaya kuliner Indonesia

Menurut chef Ucu, dari pengalamannya bergabung dalam program ini, Indonesia justru bisa berbangga. "Indonesia paling kaya dari kulinernya. Surga kuliner ada di Indonesia," jelasnya.

Bagi chef Edwin, kesempatannya memelajari ilmu Food Science di Amerika menjadi ajang pertukaran budaya kuliner.

"Budaya kuliner Indonesia tak tersentuh. Saya belajar ilmu kuliner dari Amerika, namun saya juga membawa ilmu kuliner dari Indonesia. Banyak chef di luar negeri yang tidak mengetahui kuliner Indonesia," katanya.

Lain lagi dengan chef Haryanto, pakar di bidang baking. Selama mengikuti pelatihan di Amerika, ia tak pernah lupa membawa kue lapis legit khas Indonesia.

"Setiap kali pergi, saya selalu membawa lapis legit. Begitu pun saat saya ke Amerika. Tujuannya untuk mengenalkan makanan khas Indonesia di luar. Chef Amerika mengagumi lapis legit, dan ingin tahu bagaimana cara membuatnya," jelas chef Haryanto.

Para koki andal dari Indonesia ini tak sabar ingin segera berbagi pengalaman dengan kaum ibu di Indonesia. Harapannya, setiap rumah tangga bisa mengembangkan resep masakan Indonesia dengan kombinasi bahan makanan berkualitas tanpa meninggalkan rempah tradisional Indonesia.

"Saya ingin berbagi kepada kaum ibu melalui bincang-bincang seperti ini. Termasuk mentransfer ilmu yang saya dapatkan mengenai cara mengolah makanan yang sehat di rumah," jelas chef Tatang.

Ke depan, melalui program roadshow USDA CoC di beberapa kota di Indonesia, diharapkan industri rumah tangga kuliner Indonesia bisa lebih berkembang.

"Kombinasi bahan makanan berkualitas dengan harga lebih murah, dengan mempertahankan resep tradisional Indonesia bisa memberikan pilihan makanan yang lebih kaya dan inovatif untuk industri rumah tangga di bidang kuliner," kata chef Ucu, menambahkan program USDA Council of Chef ini ini juga menyasar industri rumah tangga di bidang kuliner seperti katering, untuk lebih mengembangkan kreasi masakannya.

Sent from Indosat BlackBerry powered by

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 15.38 0 komentar  

Menaikkan Harkat Koki Kue - Tempo Interaktif” plus 2 info menarik lainnya

Jumat, 16 September 2011

Menaikkan Harkat Koki Kue - Tempo Interaktif” plus 2 info menarik lainnya


Menaikkan Harkat Koki Kue - Tempo Interaktif

Posted: 16 Sep 2011 03:02 PM PDT

[unable to retrieve full-text content]


Menaikkan Harkat Koki Kue
Tempo Interaktif
Resep dan aneka bahan yang akan dipakai disiapkan. Hup... kue yang cantik, lezat, menggugah selera, serta mempunyai gizi yang tinggi pun dibuat. Dalam waktu delapan jam, 10 chef pastry beradu konsep dan memenangi tiket menuju kompetisi pastry ...

dan lainnya »

Yanty Isa, si jago masak yang sukses menjadi pengusaha bumbu - Kontan

Posted: 16 Sep 2011 01:37 AM PDT

[unable to retrieve full-text content]


Kontan

Yanty Isa, si jago masak yang sukses menjadi pengusaha bumbu
Kontan
Ia juga hobi mengarang resep. Sejak Sekolah Dasar (SD), salah satu hobinya adalah ikut lomba masak. "Saya sudah bisa membuat resep dan masakan sendiri sejak kelas 3 SD," ungkapnya. Meski suka memasak, saat kuliah, Yanty lebih memilih masuk jurusan ...

Resep Makanan Al-Baghdadi - Tempo Interaktif

Posted: 21 Aug 2011 09:53 PM PDT

TEMPO Interaktif, Jakarta - Peradaban muslim dimulai pada tahun 610. Saat itu, di satu gua di Gunung Hira, beberapa mil dari Mekah, Muhammad ibn Abdullah mendengar suara Malaikat Jibril mewahyukan kepadanya ayat-ayat pertama Al-Quran. Lantas dia pun dikenal sebagai nabi.
Meskipun lelaki 40 tahun itu berasal dari keluarga sederhana, dia berhasil menegakkan dan menyebarkan agama terbesar di dunia, Islam. Tatkala wafat pada tahun 632, Nabi Muhammad sudah menguasai secara efektif seantero Jazirah Arab bagian selatan.

Seiring dengan bangsa Arab tergetar oleh energi keimanan Islam, mereka siap melebarkan sayap. Dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin alias empat sahabat Nabi, dilaksanakan penaklukan besar-besaran hingga pada 661. Kemudian dalam beberapa dekade selanjutnya, kaum muslim berhasil mendirikan suatu imperium terbesar yang pernah dikenal dalam sejarah umat manusia yang membentang di bekas-bekas kekuasaan Kerajaan Romawi dan Persia yang meliputi tiga benua, yaitu Eropa, Afrika, dan Asia.

Agama Islam jelas telah menjadi pendorong penting bagi pembentukan imperium muslim itu sekaligus tumbuhnya suatu kebudayaan yang lebih kaya di wilayah kekuasaannya, yang merupakan bekas-bekas peradaban Kerajaan Romawi dan Persia, salah satunya adalah budaya kuliner. Kapal niaga muslim melintasi Laut Mediterania, Laut Arabia, dan Samudera Hindia. Karavan muslim menempuh Jalur Sutra hingga ke Cina dan padang pasir Afrika. Perniagaan ini membawa pula segala macam bahan makanan, rempah-rempah yang dikuasai khusus peredarannya oleh imperium muslim, dan akhirnya memberikan budaya kuliner dunia Islam kompleksitas rasa yang mempesona.

Hal itu dapat ditelusuri dengan membuka lembar sejarah puncak kebesaran imperium muslim ketika di bawah kuasa Dinasti Abbasiyyah (750-1258) dengan ibu kota di Bagdad, sekarang Irak. Bagdad muncul sebagai Roma baru, yang merupakan pusat perdagangan dengan populasi hampir satu juta jiwa. Di Bagdad itulah buku resep makanan muslim yang paling awal ditemukan, yaitu dari masa 1226.

Claudia Roden dalam bukunya, A Book of Middle Eastern Food, menyebut resep itu dicatat oleh Al-Baghdadi, yang dinilai "sangat menyukai makan di atas segalanya". Dari resep-resep makanan Al-Baghdadi itulah dapat terbaca bagaimana geografi politik kekuasaan imperium muslim yang membentang dari Spanyol sampai Sindh di barat India termanifestasikan di meja makan.

Salah satu dari yang banyak dicatat Al-Baghdadi adalah yang disebut Roden, yakni "glorious tagine", sejenis semur daging dan buah yang direbus selama beberapa jam dengan api kecil sehingga dagingnya hancur, seperti mencair dengan lembut di dalam mulut. Hal ini sesuai dengan aturan makan masyarakat muslim yang melarang memakan darah. Sebagai contoh adalah masakan mishmishiya, yang terbuat dari daging domba dan aprikot yang dikeringkan. Rasa pedas mishmishiya didapat dari rempah-rempah, seperti jinten, ketumbar, kayu manis, jahe, dan lada hitam. Kunyit memberi aksen warnanya, sedangkan kacang tanah untuk mengentalkan. Santapan ini diberi aroma air yang disuling dengan kelopak bunga mawar atau bunga jeruk.

Lantas Al-Baghdadi menyinggung resep sejenis bakso berbentuk gulungan berisi kacang almond, dimasak dalam lemak domba berbuntut besar dan direbus dalam saus kacang almond, kacang pistasi, dan bumbu lainnya--jinten, ketumbar, kayu manis, dan lada hitam serta dihiasi dengan "permen kurma". Roti dengan campuran kanji yang dibuat dengan menghantamkannya ke sisi pemanggang disebut tannur (seperti tandoor dari India). Nasi yang berasal dari Asia dicampurkan dengan buah dan kacang yang dikeringkan untuk membuat pilaf dan couscous--semolina atau sejenis bubuk jagung yang dikukus--yang merupakan masakan nasional Maroko, Tunisia, dan Algeria dari Afrika Utara.

Dalam buku masakan Al-Baghdadi juga disebutkan nasi diolah dengan daun anggur dan terung yang dimasukkan dengan campuran sejenis daging yang amat mahal. Minyak zaitun adalah bahan masakan hidangan terkenal, digunakan dalam jumlah besar sebagai petunjuk kemewahan masakan. Sedangkan dari Afrika, Al-Baghdadi memaparkan couscous, semolina yang dikukus, yang merupakan masakan khas Maroko, Tunisia, dan Algeria di Afrika Utara.

Menurut Al-Baghdadi, susu--biasanya susu domba atau kambing--diolah menjadi yoghurt atau keju asin seperti feta atau kasseri. Al-Baghdadi menutup buku hidangan muslim itu dengan resep makanan penutup spektakuler, yaitu sejenis permen yang terbuat dari gula yang diambil dari tebu. Ilmu kuliner ini didapat bangsa Arab dari bangsa India pada abad ke-10. Ini adalah makanan penutup legendaris yang mengingatkan pada baklava, keripik phyllo (atau filo), kue kering yang dilapisi mentega, kenari, lalu sirup gula, aroma jeruk, serta kurma berisi gula dan kacang almond yang dicelupkan ke dalam sirup gula beraroma mawar.

Seperti kebanyakan buku masak lain dari periode setelahnya, Al-Baghdadi menjabarkan bahan-bahan dan cara memasaknya, tapi tanpa jumlah takaran. Ia juga tidak menjelaskan apakah hidangan yang resep-resepnya dikumpulkan itu juga santapan rakyat, bukan hanya kelas bangsawan. Namun tiada yang lebih indah dicatat, bagus dikenang bahwa rasa dari makanan-makanan yang dikumpulkan resepnya oleh Al-Baghdadi itu seperti pohon sejarah kaya warna dunia global seribu tahun lalu antara daerah-daerah di Eropa, Afrika, dan Asia.

Terlebih bagi masyarakat Indonesia karena rempah-rempah yang hanya tumbuh di Nusantara merupakan unsur utama resep-resep Al-Baghdadi. Aneka rempah yang dominan di dalam kebudayaan kuliner imperium muslim itu membuat--dari segi rasanya--masakan dunia muslim tidak terlalu asing bagi lidah Indonesia. Malahan jelas sekali dalam waktu yang lama telah diterima dan mempengaruhi tata cara memasak daging di Nusantara, sebut saja semur yang kaya rempah itu.

Tetapi yang juga tak kalah penting diperhatikan, kuliner dunia muslim yang kaya rempah-rempah Nusantara itu memberikan satu bukti untuk bahan kajian sejarah yang lama diabaikan, yaitu tentang hubungan dagang imperium muslim Dinasti Abbasiyyah dengan Nusantara sebagai proses awal Islamisasi mulai abad ke-8. Saat itu adalah saat-saat sebelum Islamisasi, yang benar-benar masif, pada abad ke-15 terjadi dan segera mengubah periferi geografi dunia muslim yang kelak bernama Indonesia menjadi negara dengan penganut ajaran Nabi Muhammad yang terbesar di muka bumi.

J. J. RIZAL, SEJARAWAN

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: A 'Malign Intellectual Subculture' - George Monbiot Smears Chomsky, Herman, Peterson, Pilger And Media Lens.

Diposting oleh Rakhma di 15.21 0 komentar